
Abstrak
LATAR BELAKANG
Pola konsumsi makanan merupakan pendorong utama beban lingkungan, yang mendorong meningkatnya minat terhadap transisi pola makan. Namun, kemungkinan penyesuaian pola makan berbasis hewani dengan komposisi konsumsi yang berbeda, dan implikasi lingkungan besar yang diakibatkannya dengan mempertimbangkan evolusi masyarakat dan ekosistem dalam berbagai jalur sosial ekonomi bersama (SSP), jarang diukur. Lebih jauh, hubungannya dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) memerlukan penjelasan yang lebih jelas. Dengan mempertimbangkan berbagai kebiasaan makan di antara berbagai kelompok orang di berbagai wilayah, kami secara sistematis mengukur konsumsi makanan berbasis hewani di masa mendatang dengan dan tanpa transisi pola makan ke pola makan sehat dan jejak lingkungannya di Tiongkok berdasarkan SSP 1–5 pada tahun 2030 dan 2060.
HASIL
Secara historis, konsumsi daging di Tiongkok, yang didominasi oleh daging babi, melampaui 66,48% dari rekomendasi untuk pola makan sehat. Pergeseran pola makan akan sangat meningkatkan permintaan produk akuatik di masa mendatang, mencapai maksimum 1445,61 × 10 4 t di SSP3 pada tahun 2060 (87,36%). Transisi pola makan berbasis hewan ke rekomendasi akan mewujudkan manfaat lingkungan dengan mengurangi jejak karbon, air, tanah, dan nitrogen (masing-masing sebesar 3,80–10,45%, 5,84–14,46%, 15,83–23,18%, dan 0,75–9,49%) di SSP di Tiongkok. Transisi pola makan juga akan menguntungkan pencapaian SDGs dari aspek alami dan sosial ekonomi, seperti SDGs 2 (Tanpa kelaparan), 3 (Kesehatan dan kesejahteraan yang baik), 13 (Tindakan iklim), dan 15 (Kehidupan di darat).
KESIMPULAN
Transisi pola makan ke lebih banyak produk akuatik menawarkan jalur yang menjanjikan untuk memelihara populasi yang terus bertambah secara berkelanjutan sambil membatasi kerusakan pada integritas planet ini. © 2025 Masyarakat Industri Kimia.