
Abstrak
LATAR BELAKANG
Intercropping muncul sebagai teknik pertanian yang menunjukkan potensi dan manfaat luar biasa dalam mempromosikan budidaya tanaman yang aman di tanah yang terkontaminasi logam berat. Dalam penelitian ini, kami menyiapkan lima perlakuan monokultur jagung, monokultur kedelai, monokultur Sedum Alfredii , intercropping jagung/ Sedum Alfredii dan kedelai/ Sedum Alfredii dan mengungkap mekanisme intercropping pada hasil jagung dan kedelai, serta pada penyerapan mangan (Mn), kadmium (Cd) dan timbal (Pb), dari perspektif eksudat akar dengan uji blok acak di lapangan.
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil jagung tumpangsari meningkat sebesar 16,35% dibandingkan dengan jagung monokultur pada sistem jagung/ Sedum alfredii . Sementara itu, kandungan Mn, Cd dan Pb pada tanah rizosfer jagung tumpangsari lebih rendah dibandingkan dengan jagung monokultur, dengan penurunan yang signifikan pada Mn dan Cd yang larut dalam asam dan dapat direduksi. Sebaliknya, sistem tumpangsari kedelai/ Sedum alfredii , tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil kedelai, akumulasi logam berat pada organ, atau konsentrasi tanah rizosfer antara kedelai tumpangsari dan kedelai monokultur. Analisis lebih lanjut terhadap lingkungan mikro rizosfer jagung mengungkapkan bahwa asam sitrat dan asam malat, seperti yang disekresikan oleh akar jagung tumpangsari, merupakan faktor kunci yang mempengaruhi transformasi morfologi Mn dan Cd di dalam tanah. Asam-asam ini juga mengurangi penyerapan dan akumulasi Mn dan Cd pada jagung tumpangsari.
KESIMPULAN
Temuan studi ini memberikan wawasan penting mengenai mekanisme penyerapan logam berat dalam sistem tumpang sari dan menawarkan strategi baru untuk pemulihan dan pemanfaatan lahan pertanian yang terkontaminasi logam berat secara berkelanjutan. © 2025 Masyarakat Industri Kimia.